Sabtu, 19 November 2011

Penantian Sang Kekasih

                                        Penantian Sang Kekasih
      Di kedalaman lautan,tak jauh dari pulau-pulau tempat matahari terbit, disana terdapat sebuah palung. Dan disana mutiara berlimpahan, terbaring mayat seseoranng pemuda yang di kerumi gadis-gadis laut berambut panjang keemasan, mereka memandangi mayat itu dengan tatapan mendalam mata birunya, bercakap-cakap diantara mereka sendiri seraya diiringi alunan musik.
      Percakapan itu terdengr oleh kedalaman lautan dan dibawah kepantai oleh gelombang-gelombang, kemudian desau angin sepoi-sepoi mengantar kepadaku.
      Salah seorang dari mereka berkata,
“Inilah seorang manusia yang masuk kedalam dunia kita kemarin, ketika laut mengamuk.”
      Yang kedua berkata,
“Laut tidak mengamuk. Manusia sendiri yang mengamuk bahwa dia adalah dewa-dewa ,telah menimbulkan peperangan hebat, dan darahnya tumpah sehingga warna air laut menjadi merah tua, orang ini adalah salah satu dari korban perang tersebut”.
      Yang ketiga berkata,
“Aku tidak tahu apa itu perang, tapi aku tahu bahwa manusia, setelah berhasil menguasai bumi, menjadi agresif dan memutuskan untuk menguasai lautan.
“meraka menentukan benda asing dan dibahwanya pergi ke permukaan laut, kemudian Dewa laut kita perkasa itu menjadi marah, melebihi keserakahan mereka.
“Demi menghibur sang Dewa laut, manusia memberi upeti-upeti dan persembahan-persembahan, dan mayat di depan kita ini adalah upeti terkhir yang terima dari manusia untuk kesebran dan kemalsan Dewa laut”.
      Yang keempat menegaskan,
“Betapa besar Deawa laut , alangkah kejam hatinya!!! Seadainya aku seorang raja laut , aku akan menolak persembahan seperti ini”...
“Ayolah , sekarang mari kita memeriksa persembahan ini. Mungkin bisa mendapatkan keterangan mengenai umat manusia”.
      Putri-putri lautan itu menghampiri mayat itu, memeriksa kantong-kantong pakainya , mereka menentukan sebuah pesan di dekat jantungnya, salah seaorang dari mereka menbacanya dengan suara keras untuk temannya.:
“Kekasihku,
“Tengah malam kembali tiba, tak ada yang menemaniku selain derain air mataku, dan keseia-sian ku menghiburku, menjaga harapan ku padamu bahwa kau akan kembali padaku setelah perang berdrah ini.
“Aku tidak dapat melupakan kata-katamu ketika kau memilih pergi , setiap orang percaya kepada air mata yang harus di kembalikan pada sustu hari nanti.
“Aku tahu tidak ada yang perlu aku katakan, kekasihku, tetapi jiwaku ini ingin menuangkan dirinya sendiri ke dalam perkamen..
“Jiwaku yang menderita karena perpisahan, tapi di hibur oleh cinta yang mengubah penderitaan menjadi kebahagian, dan dukacita menjadi sukacita”.
“ketika cinta menyatuhkan hati kita, dan kita memandang hari itu, saat dua hati kita akan dipersatuka oleh nafas Tuhan, perang telah meneriakkan seruhnya yang mengerikan dan kau mengikutinya karena dorongan kewajibanmu kepada para pemimpin mu.
“Apakah ini yang disebut kewajiban, memisahkan orang-orang yang saling mencintai, menyebabkan setiap istri menjadi janda, dan anak-anak menjadi yatim.??
“Apakah ini yang di sebut dengan patriottisme, membangkitkan perang dan menghancurkan kerajaan-kerajaan lain lantaran hal sepele??.Adakah penyebab yang lebih berharga dari hal sepele yang di hadapi oleh hidup yang hannya sekali??.
“Apakah ini ini yang disebut kewajiban,yang telah menyebabkan orang-orang desa menjadi miskin, yang tak mengerti apa-apa tentang kekuatan, tentang putra-putra kaum bangsawan itu, mereka mati demi kemuliaan para penindasanya???.
“Jika kewajiban merusak perdamian sesama bangsa, dan patroitisme telah menggangu kesentarosaan hidup umat manusia, maka marilah kita berkata, perdamain ada bersama kewajiban dan patriotisme.”
“Tidak !!tidak kekasihku! Jangan kau pedulikan kata-kataku ini!Jadilah kesatria dan teruslah setiap kepada negerimu....
“Jangan engkau dngarkan kata-kata seorang gadis yang dibutakan oleh cinta, dan merasa kehilangan karena pisahan dan kesedirian....
“Jika cinta tak dapat mengembalikan dirimu kepadaku dalam kehidupan ini, maka cinta tentulah akan menyatuhkan kita dalam kehidupan yang lain.
“Kekasihmu, selanjutnya.”
      Putri-putri laut itu menempatkan kembali catatan tsb di bawah pakain mayat anak muda itu dan mereka berenang dalam diam penuh dengan kesedihan.
      Mereka saling berpelukan , tak jauh dari mayat tersebut, salah seorang dari mereka berkata,
“Hati manusia ternyata jauh lebih baik perkasa dari pada hati bengis Sang Dewa Laut”.

Karya: Kahlil Gibran

0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management